OUTLINE
1.
Pengertian
Outline
Outline
menurut bahasa adalah kerangka, regangan, garis besar, atau guratan. Outline
merupakan rencana penulisan yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan
yang akan digarap dan merupakan rangkaian ide-ide yang disusun secara
sistematis, logis, jelas, terstruktur, dan teratur.
Jadi, outline, atau biasa disebut kerangka karangan,
adalah inti dari sebuah tulisan. Entah itu untuk cerita pendek ataupun panjang,
fiksi ataupun non-fiksi, cerita lepas ataupun buku, selalu mengutamakan outline
dalam prosesnya. Mengapa? Dengan outline, kita dapat mengetahui apa yang kita
tulis, dan membuat tulisan tersebut lengkap.
2.
Manfaat Kerangka Karangan:
·
Untuk menjamin penulisan bersifat
konseptual, menyeluruh, dan terarah.
·
Untuk menyusun karangan secara teratur.
Kerangka karangan membantu penulis untuk melihat gagasan-gagasan dalam sekilas
pandang, sehingga dapat dipastikan apakah susunan dan hubungan timbal-balik
antara gagasan-gagasan itu sudah tepat, apakah gagasan-gagasan itu sudah
disajikan dengan baik, harmonis dalam perimbangannya.
·
Memudahkan penulis menciptakan klimaks
yang berbeda-beda. Setiap tulisan dikembangkan menuju ke satu klimaks tertentu.
Namun sebelum mencapai klimaks dari seluruh karangan itu, terdapat sejumlah
bagian yang berbeda-beda kepentingannya terhadap klimaks utama tadi. Tiap
bagian juga mempunyai klimaks tersendiri dalam bagiannya. Supaya pembaca dapat
terpikat secara terus menerus menuju kepada klimaks utama, maka susunan
bagian-bagian harus diatur pula sekian macam sehingga tercapai klimaks
yang berbeda-beda yang dapat memikat perhatian pembaca.
·
Menghindari penggarapan topik dua kali
atau lebih. Ada kemungkinan suatu bagian perlu dibicarakan dua kali atau lebih,
sesuai kebutuhan tiap bagian dari karangan itu. Namun penggarapan suatu topik
sampai dua kali atau lebih tidak perlu, karena hal itu hanya akan membawa efek
yang tidak menguntungkan; misalnya, bila penulis tidak sadar betul maka
pendapatnya mengenai topik yang sama pada bagian terdahulu berbeda dengan yang
diutarakan pada bagian kemudian, atau bahkan bertentangan satu sama lain. Hal
yang demikian ini tidak dapat diterima. Di pihak lain menggarap suatu topik
lebih dari satu kali hanya membuang waktu, tenaga, dan materi. Kalau memang
tidak dapat dihindari maka penulis harus menetapkan pada bagian mana topik tadi
akan diuraikan, sedangkan di bagian lain cukup dengan menunjuk kepada bagian
tadi.
·
Memudahkan penulis mencari materi
pembantu. Dengan mempergunakan rincian-rincian dalam kerangka karangan
penulis akan dengan mudah mencari data-data atau fakta-fakta untuk memperjelas
atau membuktikan pendapatnya. Atau data dan fakta yang telah dikumpulkan itu
akan dipergunakan di bagian mana dalam karangannya itu.
Bila seorang pembaca kelak menghadapi karangan yang telah siap, ia dapat
menyusutkan kembali kepada kerangka karangan yang hakekatnya sama dengan apa
yang telah dibuat penggarapnya. Dengan penyusutan ini pembaca akan melihat
wujud, gagasan, struktur, serta nilai umum dari karangan itu. Kerangka karangan
merupakan miniatur atau prototipe dari sebuah karangan. Dalam bentuk miniatur
ini karangan tersebut dapat diteliti, dianalisis, dan dipertimbangkan secara
menyelurih, bukan secara terlepas-lepas.
3.
Pola Susunan Kerangka Karangan
1. Pola
Ilmiah
Suatu urutan unit-unit kerangka karangan sesuai dengan kenyataan yang nyata di
alam.
·
Urutan waktu
Urutan yang didasarkan pada urutan peristiwa atau kejadian.
Biasanya tulisan seperti ini kurang menarik minat pembaca.
Contoh : Riwayat hidup
·
Urutan ruang
Mempunyai hubungan yang
sangat erat dengan ruang atau tempat . Urutan ini biasa digunakan dalam
tulisan–tulisan yang bersifat deskriptif.
Contoh : Meletusnya
Gunung Berapi di Tanah Jawa.
·
Urutan topik yang ada
Suatu peristiwa yang sudah
di kenal dengan bagian–bagian tertentu. Untuk menggambarkan hal tersebut secara
lengkap, mau tidak mau bagian–bagian itu harus di jelaskan berturut–turut dalam
karangan itu, tanpa mempersoalkan bagian mana lebih penting dari lainnya, tanpa
memberi tanggapan atas bagian–bagiannya itu.
2. Pola
Logis
Tanggapan yang sesuai dengan jalan pikiran untuk menemukan landasan bagi setiap
persoalan, mampu di tuang dalam suatu susunan atau urutan logis . Urutan logis
sama sekali tidak ada hubungan dengan suatu ciri yang intern dalam materinya,
tetapi erat dengan tanggapan penulis.
·
Urutan klimaks dan antiklimaks
Urutan ini timbul
sebagai tanggapan penulis yang berpendirian bahwa posisi tertentu dari suatu
rangkaian merupakan posisi yang paling tinggi kedudukannya atau yang paling
menonjol.
·
Urutan kausal
Mencakup dua pola yaitu
urutan dari sebab ke akibat dan urutan akibat ke sebab. Pada pola pertama suatu
masalah di anggap sebagai sebab, yang kemudian di lanjutkan dengan perincian–perincian
yang menelusuri akibat–akibat yang mungkin terjadi. Urutan ini sangat efektif
dalam penulisan sejarah atau dalam membicarakan persoalan–persoalan yang di
hadapi umat manusia pada umumnya.
·
Urutan pemecahan masalah
Di mulai dari suatu
masalah tertentu, kemudian bergerak menuju kesimpulan umum atau pemecahan atas
masalah tersebut . Sekurang-kurangnya uraian yang mempergunakan landasan
pemecahan masalah terdiri dari tiga bagian utama, yaitu deskripsi mengenai
peristiwa atau persoalan tadi, dan akhirnya alternatif–alternatif untuk jalan
keluar dari masalah yang di hadapi tersebut.
·
Urutan umum-khusus
Dimulai dari pembahasan
topik secara menyeluruh (umum), lalu di ikuti dengan pembahasan secara
terperinci (khusus).
·
Urutan familiaritas
Urutan familiaritas
dimulai dengan mengemukakan sesuatu yang sudah di kenal, kemudian
berangsur–angsur pindah kepada hal–hal yang kurang di kenal atau belum di
kenal. Dalam keadaan–keadaan tertentu cara ini misalnya di terapkan dengan mempergunakan
analogi.
·
Urutan akseptabilitas
Urutan akseptabilitas
mirip dengan urutan familiaritas. Bila urutan familiaritas mempersoalkan apakah
suatu barang atau hal sudah dikenal atau tidak oleh pembaca, maka urutan
akseptabilitas mempersoalkan apakah suatu gagasan di terima atau tidak oleh
para pembaca, apakah suatu pendapat di setujui atau tidak oleh para pembaca.
4.
Langkah
– langkah Membuat Kerangka Karangan
1. Menentukan
tema dan judul
Tema
sangat terpengaruh terhadap wawasan penulis. semakin banyak penulis membiasakan
membaca buku, semakin banyak aktifitas menulis akan memperlancar penulis
memperoleh tema. namun, bagi pemula perlu memperhatikan beberapa hal penting
agar tema yang diangkat mudah dikembangkan. diantaranya :
ü Jangan
mengambil tema yang bahasannya terlalu luas.
ü Pilih
tema yang kita sukai dan kita yakini dapat kita kembangkan.
ü Pilih
tema yang sumber atau bahan-bahannya dapat dengan mudah kita peroleh.
Judul adalah perincian
atau penjabaran dari topik yang lebih spesifik dan sering telah menyiratkan
permasalahan atau variabel yang akan dibahas.
ü Judul
tidak harus sama dengan topik.
ü Jika
topik sekaligus menjadi judul, biasanya karangan akan bersifat umum dan ruang
lingkupnya sangat luas.
ü Judul
dibuat setelah selesai menggarap tema, sehingga bisa terjamin bahwa judul itu
cocok dengan temanya.
ü Sebuah
judul yang baik akan merangsang perhatian pembaca dan akan cocok dengan
temanya.
ü Judul
hanya menyebut ciri-ciri yang utama atau yang terpenting dari karya itu,
sehingga pembaca sudah dapat membayangkan apa yang akan diuraikan dalam karya
itu.
ü Ada
judul yang mengungkapkan maksud pengarang, misalnya dalam sebuah laporan
eksposisi.
Contohnya :
“Suatu Penelitian
tentang Korelasi antara Kejahatan Anak-anak dan Tempat Kediaman yang Tidak
Memadai”.
Syarat judul yang baik :
ü Harus
relevan, judul harus mempunyai pertalian dengan temanya, atau dengan beberapa
bagian yang penting dari tema tersebut.
ü Judul
harus dapat menimbulkan keingintahuan pembaca terhadap isi buku atau karangan.
ü Harus
singkat, tidak boleh mengambil bentuk kalimat atau frasa yang panjang, tetapi
harus berbentuk kata atau rangkaian kata yang singkat. Bila harus membuat judul
yang panjang, ciptakanlah judul utama yang singkat dengan judul tambahan yang
panjang.
ü Tidak
provokatif.
Judul karangan yang
baik :
ü singkat
dan padat,
ü menarik
perhatian, serta
ü menggambarkan
garis besar (inti) pembahasan.
Contoh : Upaya
menurunkan risiko kemacetan di DKI Jakarta.
Tujuan dapat
diungkapkan dengan kata operasional :
ü Menanggulangi
ü Mengurangi
ü Menemukan
ü Meningkatkan
ü Mengoptimalkan
ü Mengevaluasi
ü Mengendalikan
2. Mengumpulkan
bahan
Sebelum
melanjutkan menulis, perlu ada bahan yang menjadi bekal dalam menunjukkan
eksistensi tulisan. Perlu ada dasar bekal dalam melanjutkan penulisan.
Untuk membiasakan, kumpulkanlah kliping-kliping masalah tertentu (biasanya yang menarik penulis) dalam berbagai bidang dengan rapi. Hal ini perlu dibiasakan calon penulis agar ketika dibutuhkan dalam tulisan, penulis dapat membuka kembali kliping yang tersimpan sesuai bidangnya. Banyak cara memngumpulkannya, masing-masing penulis mempunyai cara masing-masing sesuai juga dengan tujuan tulisannya.
Untuk membiasakan, kumpulkanlah kliping-kliping masalah tertentu (biasanya yang menarik penulis) dalam berbagai bidang dengan rapi. Hal ini perlu dibiasakan calon penulis agar ketika dibutuhkan dalam tulisan, penulis dapat membuka kembali kliping yang tersimpan sesuai bidangnya. Banyak cara memngumpulkannya, masing-masing penulis mempunyai cara masing-masing sesuai juga dengan tujuan tulisannya.
3. Menyeleksi
bahan
Agar
tidak terlalu bias dan abstrak, perlu dipilih bahan-bahan yang sesuai dengan tema
pembahasan. polanya melalui klarifikasi tingkat urgensi bahan yang telah
dikumpulkan dengan teliti dan sistematis. Berikut ini petunjuk-petunjuknya :
ü Hal
penting semampunya.
ü Jadikan
membaca sebagai kebutuhan.
ü Banyak
diskusi, dan mengikuti kegiatan-kegiatan ilmiah.
4. Membuat
kerangka
Kerangka
karangan menguraikan tiap topik atau masalah menjadi beberapa bahasan yang
lebih fokus dan terukur. Kerangka karangan belum tentu sama dengan daftar isi
atau uraian per bab. Kerangka ini merupakan catatan kecil yang sewaktu-waktu
dapat berubah dengan tujuan untuk mencapai tahap yang sempurna. Berikut fungsi
kerangka karangan :
ü Memudahkan
pengelolaan susunan karangan agar teratur dan sistematis
ü Memudahkan
penulis dalam menguraikan setiap permasalahan
ü Membantu
menyeleksi materi yang penting maupun yang tidak penting
Tahapan dalam menyusun
kerangka karangan :
ü Mencatat
gagasan. Alat yang mudah digunakan adalah pohon pikiran (diagram yang
menjelaskan gagasan-gagasan yang timbul)
ü Mengatur
urutan gagasan
ü Memeriksa
kembali yang telah diatur dalam bab dan subbab
ü Membuat
kerangka yang terperinci dan lengkap
Kerangka karangan yang
baik adalah kerangka yang urut dan logis. Karena bila terdapat ide yang
bersilangan, akan mempersulit proses pengembangan karangan. (karangan tidak
mengalir).
5. Mengembangkan
kerangka karangan
Proses
pengembangan karangan tergantung sepenuhnya pada penguasaan materi yang hendak
di tulis. Jika benar-benar memahami materi dengan baik, permasalahan dapat
diangkat dengan kreatif, mengalir dan nyata. Terbukti pula kekuatan bahan
materi yang dikumpulkan dalam menyediakan wawasan untuk mengembangkan karangan.
pengembangan karangan juga jangan sampai menumpuk dengan pokok permasalahan
yang lain. Untuk itu pengembangannya harus sistematis, dan terarah. Begitu juga
dengan pengembangannya.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar