KALIMAT EFEKTIF
Pengertian Kalimat
Efektif :
Kalimat
efektif adalah kalimat yang dapat mewakili gagasan pembicara atau penulis
sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh orang lain.
Ciri-ciri
Kalimat Efektif :
1. Memiliki
unsur penting atau pokok, minimal unsur SP.
2. Taat
terhadap tata aturan ejaan yang berlaku.
3. Menggunakan
diksi yang tepat.
4. Menggunakan
kesepadanan antara struktur bahasa dan jalan pikiran yang logis dan sistematis.
5. Menggunakan
kesejajaran bentuk bahasa yang dipakai.
6. Melakukan
penekanan ide pokok.
7. Mengacu
pada kehematan penggunaan kata.
8. Menggunakan
variasi struktur kalimat.
Syarat
keefektifan kalimat :
1.
Kesepadanan, yaitu keseimbangan antara
gagasan dan struktur kalimat yang dipakai.
2.
Kehematan, yaitu menghemat kata atau
frasa yang tidak diperlukan.
3.
Kesejajaran bentuk, yaitu menempatkan
gagasan yang sama penting dan sama fungsinya ke dalam struktur atau konstruksi
gramatikal yang sama.
4.
Ketegasan atau penekanan, yaitu penekanan
atau penonjolan ide kalimat. Penekanan dapat berupa penekanan subjek, predikat,
atau keterangan.
5.
Kevariasian, yaitu variasi dalam
menggunakan kosakata dan pola kalimat atau unsur-unsur penting dengan berbagai
variasi.
6.
Kecermatan adalah bahwa kalimat
tersebut tidak menimbulkan tafsir ganda dan tepat dalam pilihan kata.
7.
Kelogisan, yaitu bahwa ide kalimat dapat
diterima oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang disempurnakan.
Menurut Setyawati
(2010:10) ada tiga faktor penyebab seseorang salah dalam berbahasa, antara lain
sebagai berikut:
1. Terpengaruh
bahasa yang lebih dahulu dikuasainya. Ini dapat berarti bahwa kesalahan
berbahasa disebabkan oleh interferensi bahasa ibu atau bahasa pertama
(B1) terhadap bahasa kedua (B2) yang sedang dipelajari si pembelajar (siswa).
2. Kekurangpahaman
pemakai bahasa terhadap bahasa yang dipakainya.
3. Pengajaran
bahasa yang kurang tepat atau kurang sempurna.
Berikut ini beberapa
kesalahan berbahasa yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
1. Mistake (salah)
Merupakan penyimpangan struktur lahir yang terjadi karena penutur tidak mampu
menentukan pilihan penggunaan ungkapan yang terjadi situasi dengan situasi yang
ada. Mistake/kekeliruan, terjadi ketika seorang pembelajar tidak secara
konsisten melakukan penyimpangan dalam berbahasa. Kadang-kadang pembelajar
dapat mempergunakan kaidah/norma yang benar tetapi kadang-kadang mereka membuat
kekeliruan dengan mempergunakan kaidah/norma dan bentuk-bentuk yang keliru.
Contoh:
”Rasanya panas. Kalau
malam tidur di kamar, harus pakai kipas terus,”kata Nining.
Analisis : Kalimat
rasanya panas untuk menggambarkan situasi udara yang panas adalah kurang tepat
atau dapat dikatakan adanya kekurangtepatan penggunaan ungkapan terhadap
situasi tersebut. Maka dari itu kalimat tersebut masuk dalam mistake.
Seharusnya ungkapan tersebut menggunakan ungkapan “Udaranya panas” agar lebih
tepat.
2. Selip
Merupakan penyimpangan bentuk lahir karena beralihnya pusat perhatian topik
pembicaraan secara sesaat (kelelahan bisa menimbulkan selip bahasa). Dengan
demikian selip bahasa terjadi secara tidak disengaja. Kesalahan berbahasa yang
disebabkan oleh lapses tidak memiliki implikasi paedagogis yang berbahaya.
Lapse, selip lidah, diartikan sebagai bentuk penyimpangan yang diakibatkan
karena pembelajar kurang konsentrasi, rendahnya daya ingat atau sebab-sebab lain
yang dapat terjadi kapan saja dan pada siapapun.
Contoh:
” Menjual barang tidak bisa memaksa orang membeli,” ujar Fauzi Aziz
Analisis : Selip bahasa terjadi pada kalimat tersebut. Selip terjadi karena kekurangtepatan kalimat yang digunakan yaitu kata yang diucapkan kurang. Seharusnya kata tersebut mendapat tambahan satu kata lagi agar tidak termasuk dalam selip bahasa. Kata yang dimaksud adalah kata untuk. Akan menjadi tidak selip ketika diucapkan ” Menjual barang tidak
” Menjual barang tidak bisa memaksa orang membeli,” ujar Fauzi Aziz
Analisis : Selip bahasa terjadi pada kalimat tersebut. Selip terjadi karena kekurangtepatan kalimat yang digunakan yaitu kata yang diucapkan kurang. Seharusnya kata tersebut mendapat tambahan satu kata lagi agar tidak termasuk dalam selip bahasa. Kata yang dimaksud adalah kata untuk. Akan menjadi tidak selip ketika diucapkan ” Menjual barang tidak
bisa memaksa orang
untuk membeli.
3. Silap
Merupakan penyimpangan bentuk lahir dari struktur baku yang terjadi karena
pemakai belum menguasai sepenuhnya kaidah bahasa. faktor yang mendorong
timbulnya kesilapan adalah faktor kebahasaan yang mengikuti pola-pola tertentu.
Contoh:
”Semuanya sudah empat kali kejadian sama dengan yang sekarang ini.”
Analisis : Kalimat tersebut mengalami silap bahasa karena dalam kalimat tersebut terdapat kesalahan struktur dan kaidah kalimat dalam bahasa Indonesia yang benar. Kalimat tersebut akan bisa dikatakan kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang benar jika ” Semuanya sudah empat kali terjadi, termasuk yang sekarang ini.
”Semuanya sudah empat kali kejadian sama dengan yang sekarang ini.”
Analisis : Kalimat tersebut mengalami silap bahasa karena dalam kalimat tersebut terdapat kesalahan struktur dan kaidah kalimat dalam bahasa Indonesia yang benar. Kalimat tersebut akan bisa dikatakan kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang benar jika ” Semuanya sudah empat kali terjadi, termasuk yang sekarang ini.
4.Kalimat Rancu
Merupakan kalimat yang struktur atau bagiannya ada yang rancu atau tidak
sesuai penempatannya.
Contoh:
Pemerintah pun mulai menggaungkan dukungan kepada industri kreatif.
Analisis : Kata menggaungkan secara makna kurang tepat atau rancu jika diterapkan dalam kalimat tersebut. Kata menggaungkan tersebut dapat diganti dengan kata “menyampaikan, menyerukan dan sebagainya.”
Pemerintah pun mulai menggaungkan dukungan kepada industri kreatif.
Analisis : Kata menggaungkan secara makna kurang tepat atau rancu jika diterapkan dalam kalimat tersebut. Kata menggaungkan tersebut dapat diganti dengan kata “menyampaikan, menyerukan dan sebagainya.”
5.Kalimat Ambigu
Merupakan
kalimat yang memiliki makna lebih dari satu/ membingungkan/ambigu.
Contoh:
Contoh:
Menurut Emi, salah
seorang pemilik ruko yang terbakar, gudang oli itu mulai beroperasi sejak dua
tahun lalu.
Analisis: Kalimat
tersebut merupakan kalimat yang ambigu atau menimbulkan tafsir ganda. Letak
keambiguan dari kalimat tersebut adalah kita dapat menafsirkan makna kalimat
tersebut dalam dua versi makna yaitu Emi ikut terbakar atau Emi hanyalah salah
seorang dari pemilik ruko
yang ikut terbakar.
6. Adopsi
Adopsi adalah mengambil semuanya dengan tidak mengurangi dan tidak menambahi.
Contoh:
Amblesnya tanggul
setinggi 11 meter itu....
Analisis : Kata meter
merupakan kata yang diadopsi dari kata dalam bahasa Inggris, yaitu meter.
7. Terjemahan
Terjemahan
adalah interpretasi makna suatu teks dalam suatu bahasa (teks sumber) dan
penghasilan teks yang merupakan padanan dalam bahasa lain (teks sasaran atau
terjemahan) yang mengkomunikasikan pesan serupa.
Contoh:
Pencuri telepon genggam itu akhirnya diserahkan kepada polisi setelah dihajar warga.
Pencuri telepon genggam itu akhirnya diserahkan kepada polisi setelah dihajar warga.
Analisis : Kata telepon
genggam merupakan bentuk terjemahan. Dikatakan bentuk terjemahan karena kata
tersebut didapat dari menerjemahkan kata hand phone (telepon tangan/genggam)
yang merupakan kata aslinya.
8. Adaptasi
Adaptasi adalah menyesuaikan bentuk maupun lafalnya. Istilah “adaptasi”
merupakan bahasa itu yang ber-/di adaptasi (oleh banyak faktor: lingkungan,
geografis, dan sebagainya) sehingga menyebabkan variasi-variasi baik dalam
bentuk atau pemakaiannya.
Contoh:
Bahwa produk kreatif
karya anak bangsa banyak yang unik.
Analisis : Kalimat
tersebut mengandung dua kata yang mengalami adaptasi dari kata asing. Kata
tersebut adalah produk yang berasal dari kata product. Selain kata tersebut
adaptasi juga terjadi pada kata kreatif yang diadaptasi dari kata creative.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar